IKLAN TAJAAN

Disember 28, 2011

Hukum MLM : Fatwa Arab Saudi, Pakistan, Indonesia - HARAM



From the Permanent Commitee in Saudi Arabia for Research and Fatwa

The type of business based upon a pyramid scheme – or “multi-level marketing” as it is often called – is unlawful. The real objective of such a business is to obtain the commissions earned from introducing new members to the company and not to earn profits from the sale of the products themselves. At a time when the commissions may reach into the tens of thousands of dollars, the revenue collected from the sale of the products might only be a few hundred. Any person of sense who is given a choice in such a scheme will obviously go for the commission. 
This is the reason why companies of this kind, when promoting themselves, depend so heavily on showing the large volume of substantial commissions that they are giving out. They attract customers by the promise of large returns against the payment of a relatively modest initial sum that is often represented as the “price of the product”. The product this company is marketing, however, is merely a pretext to obtain commissions and to profit from those commissions. 

With this being the true nature of the business, the Islamic ruling on it is that it is unlawful. The reasons for it being unlawful are as follows. 

1. It entails the two kinds of unlawful interest: 

a. Ribā al-fadl: the interest resulting from an exchange of like for like in an unequal manner 

b. Ribā al-nasī’ah: the interest that is paid in lieu of credit. 

The subscriber is paying a smaller sum at present in order to obtain a much larger sum of money at a later time in exchange for it. This is essentially an exchange of one sum of money for another sum of money of a greater value with a time delay. This is unlawful interest, as stated clearly by the sacred texts and agreed upon by consensus. 

The product that is sold by the company is only a pretext for the real exchange that is going on. It is not intended in and of itself, and thus does not have any affect on the ruling. 

2. It entails an unlawful degree of transactional uncertainty (gharar).

This uncertainty results from the subscriber not knowing whether or not he can obtain the required number of new subscriber to obtain his commission. 

This pyramid scheme, no matter how long it lasts, will eventually come to an end. The subscriber is going into this pyramid scheme not knowing where he ranks in it; whether he will be in one of the higher tiers that will receive large profits or in one the lower tiers that will lose out. 

As a matter of fact, the majority of the subscribers will be losers and only a minority will profit. Thus, loss in such schemes predominates, and this is the nature of transactional uncertainty. Here is a case where there is uncertainty between two outcomes, the most likely of them being the worst. 

The Prophet (peace be upon him) forbade transactional uncertainty, as related by Abū Hurayrah who said: “Allah’s Messenger (peace be upon him) forbade business transactions determined by the throw of a stone and business transactions involving uncertainty.” [Sahīh Muslim (1513)] 

3. It entails taking the money of others falsely. 

It is essentially only the company that profits along with those who persuade others by way of deception to hand over their money to the company. 

Allah says: “O you who believe! Do not devour your wealth among yourselves falsely.” [Sūrah al-Nisā’: 29] 

4. It entails deception and fraud. 

The company deceives people by misrepresenting its product as its business, when the sale of the product is not its true goal. It also engages in deception by holding out the promise of substantial commissions to would-be subscribers, when such large commissions are for most subscribers not possible to achieve. This is unlawful deception. 

The Prophet (peace be upon him) said: “He who cheats us is not one of us.” [Sahīh Muslim (101)] 

This business arrangement cannot rightly be described as a brokerage agreement 

A broker receives a commission for the sale of a real product, while there is no real product being sold here. In fact, the subscriber in a multi-level marketing scheme is actually paying for the right to market the product. 

Also, with a real brokerage contract, the purpose behind it is actually to sell the product, whereas in multi-level marketing, the purpose is to sell memberships and not the product itself. This is why a subscriber strives to market to others the right to market to others, so that they can in turn market to others the right to market to others ad infinitum. 

In a brokerage agreement, by contrast, the broker is out to get the product sold to someone who actually wants to purchase it. 

These commissions, likewise, cannot be described as gifts or bonuses 

Even if we were to classify these commissions as gifts, Islamic Law would view them as unlawful gifts. Not all gifts are permitted by Islamic Law. For instance, the gift from a debtor to his creditor is considered usury. 

This is why `Abd Allah b. Salām, the eminent Companion, said to Abū Bardah: “You are in a land where the practice of interest is rife. Therefore, it someone is in debt to you and gives you a gift – say, a bail of straw, a load of barley, or a pile of feed – then that is interest.” [Sahīh al-Bukhārī (3814)] 

A gift takes the ruling of the purpose behind it. For this reason, when a Zakāh collector came to the Prophet (peace be upon him) and said: “This is for you and this is what was given to me as a gift.” 

The Prophet (peace be upon him) responded to this by saying: “Had you been sitting at home with your mother and father, would he have come to you and given you that gift?” [Sahīh al-Bukhārī (2597) and Sahīh Muslim (1832)] 

The commissions given by the company in a pyramid scheme are given only on the basis of membership. Therefore, no matter what name we choose to give it, it will not affect what it actually is or the legal ruling that it takes. 

The Permanent Committee in Saudi Arabia for Research and Fatwā 
Chairman: 
Sheikh `Abd al-`Azīz Āl al-Sheikh 
Members: 
Sheikh Sālih al-Fawzān
Sheikh `Abd Allah al-Ghudayān
Sheikh `Abd Allah al-Mutlaq
Sheikh `Abd Allah al-Rakbān
Sheikh Ahmad al-Mubārakī

WORDLESS WEDNESDAY


BERFIKIR POSITIF MENGHADAPI FIKIRAN

positif hadapi kritikan 

Bergelar seseorang manusia,kita tidak dapat lari daripada menerima kritikakan sama ada positif atau negatif,dicaci dan dihina oleh insan lain.Mungkin kritikan yang positif diberikan kerana niat baik menegur diri untuk membaiki dan juga memberi nasihat kepda diri ini atau seseorang tidak selesa dengan sikap kita.Sebagai manusia biasa tidak lepas melakukan kesalahan dan kesilapan secara sengaja atau tidak sengaja. Oleh itu, manusia lain mampu menjadi cermin buat kita.Seharusnya kita bersangka baik kepada orang yang memberi kritikan kerana tanpa kirtikan yang membina mungkin kita tak mampu melihat kelemahan dan kekurangan dalam diri kita.Bagi manusia yang suka mencerca dan menghina sebenarnya mereka tidak merasa puas hati terhadap kelebihan orang lain.Dalam erti lain,orang yang menghina dan mencerca orang lain sebenarnya telah menghina diri sendiri dan menimbulkan persepsi negatif orang yang mendengarnya

Namun,sebagai manusia kita dikurniakan akal untuk mengimbangi dan menilainya secara positif dan tidak mengambil berat atau terlalu fokus apa yang dikatakan orang lain terhadap kita,kerana kita tidak mampu menuntup mulut manusia daripada bercakap.Mari kita lihat dari sudut yang lebih dalam jika manusia biasa di caci,di hina dengan kata-kata sedangkan Allah Yang Maha Pencipta,Maha hebat,Maha Pengasih pun dicerca orang yang tidak berakal inikan kita hanya manusia.

Di dalam meniti arus kehidupan ini kita akan melihat pelbagai kerenah dan ragam manusia.Kebanyakkan manusia lebih suka mencari kesalahan dan kesilapan orang lain tanpa menilai diri sendiri iaitu mencermin pada diri sendiri.Jika manusia sebegini yang suka mencari kesalahan dan kesilapan orang tetapi tidak mencerminkan dirinya orangnya mungkin sukar menerima kritikan.Oleh itu,dalam kehidupan kita selalu memberi,memperbaiki,mempengaruhi serta berusaha bagun setelah jatuh dan dalam usaha kita untuk bagun dengan semangat baru mungkin kita tidak terlepas menghadapi segala kritikan yang sinis,pedas dan menyakitkan.Mungkin juga tidak mustahil seseorang itu akan dihina tanpa henti sehinggalah kematian menjemput diri ini kerana manusia atau masyarakat lebih kuat mengingati kejahatan atau keburukkan daripada kebaikan yang pernah dilakukan.Kritikan juga adakalanya mampu membina semangat atau juga menjatuhkan sesorang dan menjadikan kita kuat .Namun, semuanya terletak pada diri kita untuk menilai dan menerimanya.

Ingatlah,orang yang duduk di atas tanah tidak akan jatuh.Mereka mungkin marah,sakit hati dan benci dengan kebaikan,ilmu,harta dan kejayaan kita.Jadi berwaspadalah apa yang mereka katakan.Kuatkan jiwa untuk mendengar kritikan negatif dan cemuhan.Jika hati kita terasa terusik,ini bererti kita telah membenarkan atau mengiyakan keinginan mereka untuk mengotori hidup kita.Cara yang terbaik yang kita boleh lakukan ialah dengan terus menunjukan akhlak yang baik.Usah merasa tertekan terhadap usaha untuk menjatuhkan kita.Ini kerana setiap kritikan yang negatif itu hakikatnya merupakan ungkapan penghormatan untuk kita.Berdiam diri itu lebih baik untuk memadamkan api yang sedang marak.


Katakanlah (wahai Muhammad):Matilah kamu dengan kemarahan kamu itu.” (Ali-Imran :119)

Dan tidaklah mereka mencaci dan mencela (Islam) melainkan kesenangan kepada mereka dan limpah kurnian-Nya.” (At-Taubah:74)


Sebaliknya,jika kritikan itu adalah mempunyai asas kebenaranya dan bersifat positif perlulah kita menerima dengan hati terbuka.Sesungguhnya masih anda insan lain yang sudi memberi kritikan positif buat anda.Cuba cari kebenaranya yang di katakan adakah kita seperti yang dimaksudkan? Jika “ya” anda perlu melakukan perubahan dan memperbaiki diri anda.

Oleh itu,lihatlah kritikan dalam sudut yang positif dalam mata hati kita...semoga kita dapat menjadi orang yang optimis dan mampu menjadi terbaik walaupun saat digugat oleh kritikan,cemuhan dan celaan orang lain

Disember 03, 2011

PERANAN SEORANG MUSLIMAH @WANITA

     Assalamualaikum w.b.t dan salam ukhwah buat saudara-saudara sesama islam. Alhamdulilah syukur pada Allah s.w.t yang memanjangkan umur penulis dan saudara-saudara seumat islam yang lain..selawat dan salam keatas Nabi Muhammad s.a.w dan para sahabat-sahabat, para syuhada dan lain-lain lagi.

     Alhamdulilah pada hari ini penulis ingin membincangkan tentang peranan kaum muslimat dalam medan amal islami dan ciri-ciri wanita yang membawa ke syurga. Ini kerana penulis melihat peranan wanita pada zaman kini agak mencabar , penulis juga melihat  kebanyakan kau wanita yang keluar mencari rezeki yang terbanyak sekali.

    Peranan muslimat di medan amal islami seringkali mendapat tentangan dari kaum adam, kerana merasakan peranan kaum hawa tidak perlu diambil kira dan peranan mereka hanya dipinggiran sahaja. Antara faktor-faktor utama ialah fahaman yang salah terhadap kaum lelaki dan keegoan kaum lelaki, dan yang lebih teruk lagi ada yang mengatakan kaum wanita itu kurang akalnya dan dianggap tidak bijak.

    Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memberitahu kat umat islam bahawa perlu mementingkan kualiti bukan kuantiti...ini yang menyebabkan sesetengah jemaah islam didunia lumpuh kerana kekurangan sokongan dari kaum hawa itu sendiri. ini yang menyebabkan kaum-kaum wanita tidak dapat berjuang dalam islam kerana ada kalanya ada penentangan dari suami itu sendiri.

   Sebahagian besar  dari kalangan lelaki menyakini bahawa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali apabila keadaan darurat sahaja. Mereka bersandarakan kepada firman Allah s.w.t dalam Surah al-Ahzab ayat 33 yang bermaksud "Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu", namun mereka melupakan sambungan ayat ini yang bermaksud "serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah zaman dahulu" (al-Ahzab:33).

   Ini yang sepatunya dapat difahami oleh kaum lelaki bahawa kaum wanita sepatutnya mendapatkan hak yang lebih penting dan kalau kita melihat di bumi Kelantan, ramai kaum wanita menguasai pasar-pasar mereka pergi ke pasar membeli barang dan kaum lelaki hanya duduk di kedai kopi dan memberi kewangan pada kaum wanita yang memerlukan sokongan.

   Ciri-ciri wanita yang membawa ke syurga  ialah
       1.Wanita yang menjaga maruah.
       2.Wanita yang menghormati suami.
       3.Wanita yang mengikut arahan suami serta tidak membantah kecuali tidak elok.
       4.Wanita yang pandai menguruskan keluarga serta mendidik anak-anak mereka tentang islam.
       5.Wanita yang taat pada ibu bapa.
       6.Wanita yang rajin mengerjakan ibadah dan kebajikan kepada Allah s.w.t.

   Itu diantara ciri-ciri wanita yang membawa ke syurga. kalau itu dibuat niat kerana Allah s.w.t insyallah kaum wanita  akan berjaya....

Itu sahaja tazkirah yang dapat saya kongsikan bersama insyallah ada masa kita berjumpa lagi...sekian assalamualaikum w.b.t dan salam ukhwah....